Berlalulah hari
demi hari. Lahirlah sebahagian lelaki dan matilah sebahagian yang lain. Setelah
kaum 'Ad, datanglah kaum Tsamud. Lagi- lagi azab berulang kepada kaum Tsamud
dalam bentuk yang lain. Kaum Tsamud juga menyembah berhala kemudian Allah SWT
mengutus Nabi Saleh kepada mereka. Nabi Saleh berkata kepada kaumnya:
"Wahai
kaumku, sembahlah Allah yang tiada Tuhan lain bagi kalian selain-Nya. "
(QS. Hud: 61)
Kalimat yang sama
yang disampaikan oleh setiap nabi, dan kalimat tersebut tidak pernah berubah
sebagaimana kebenaran tidak pernah berubah. Para pembesar kaum Nabi Saleh
terkejut dengan apa yang dikatakannya. Beliau menyatakan bahawa tuhan mereka
tidak memiliki nilai yang bererti. Beliau melarang mereka untuk menyembahnya
dan memerintahkan mereka hanya menyembah Allah SWT.
Dakwah Nabi Saleh
cukup menggoncangkan masyarakat. Nabi Saleh terkenal dengan kejujuran dan
kebaikan. Kaumnya sangat menghormatinya sebelum Allah SWT mengutusnya dan
memberikan wahyu padanya untuk berdakwah kepada mereka. Kaum Nabi Saleh
berkata:
"Hai
Saleh, sesungguhnya kamu sebelum ini adalah seorang di antara kami yang kami
harapkan, apakah kamu melarang kami untuk menyembah apa yang disembah oleh
bapak-bapak kami? Dan sesungguhnya kami betul-betul dalam keraguan yang
mengelisahkan terhadap agama yang kamu serukan kepada kami. " (QS. Hud:
62)
Renungkanlah
bagaimana pandangan orang-orang kafir dari kaum Nabi Saleh: "Sesungguhnya
engkau sangat kami harapkan kerana keluasan ilmumu, kematangan akalmu,
kejujuranmu dan kebaikanmu. Kemudian hilanglah harapan kami terhadapmu. Apakah
engkau akan melarang kami untuk menyembah apa yang disembah oleh nenek moyang
kami. Alangkah celakanya! Kami tidak berharap engkau mencela tuhan-tuhan kami
yang kami mendapati orang tua-orang tua kami menyembahnya."
Demikianlah kaum
Nabi Saleh merasa bingung di hadapan kebenaran dan mereka hairan terhadap
saudara mereka Saleh yang mengajak mereka untuk menyembah Allah SWT. Mengapa?
kerana mereka tidak memiliki alasan dan pemikiran yang benar. Mereka hanya
beralasan bahawa datuk- datuk mereka menyembah tuhan-tuhan ini. Demikianlah
taklid yang menyebabkan manusia terjerumus dalam kesesatan. Dan Nabi datang
untuk menghilangkan taklid buta ini. Akidah tauhid disebarkan sebagai dakwah
untuk membebaskan fikiran dari segala belenggu, yaitu suatu dakwah yang
membebaskan akal manusia dari belenggu taklid, khurafat orang-orang dulu, dan
khayalan tradisi yang mapan. Inilah dakwah tauhid yang menyuarakan kebebasan
akal dan segala bentuk kebebasan lainnya.
Dakwah tersebut
tidak akan ditentang kecuali oleh orang-orang yang akalnya terpasung oleh
pemikiran orang-orang dulu dan khayalan orang- orang tua. Meskipun dakwah Nabi
Saleh disampaikan dengan penuh ketulusan, namun kaumnya tidak mempercayainya.
Mereka justeru meragukan dakwahnya. Mereka mengira bahawa Nabi Saleh tersihir.
Mereka meminta kepadanya agar ia mendatangkan mukjizat yang membuktikan bahawa
ia memang utusan Allah SWT. Allah SWT berkehendak untuk mengabulkan permintaan
mereka. Kaum Tsamud mengukir rumah-rumah besar dari gunung. Mereka menggunakan
batu- batu besar untuk membangun. Mereka adalah orang-orang yang kuat yang
Allah SWT membuka pintu rezeki bagi mereka dari segala hal. Mereka datang
setelah kaum 'Ad lalu mereka tinggal di bumi dan memakmurkannya. Nabi Saleh
berkata kepada kaumnya ketika mereka meminta mukjizat kepadanya:
"Hai
kaumku, inilah unta betina dari Allah sebagai mukjizat (yang menunjukkan
kebenaran) untukmu, sebab itu biarkanlah dia, makan di bumi Allah, dan
janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apa pun yang akan menyebabkan kamu
ditimpa azab yang dekat." (QS. Hud: 64)
Yang dimaksud
ayat dalam surah tersebut adalah mukjizat. Diriwayatkan bahawa unta itu
merupakan mukjizat kerana batu gunung pada suatu hari terpecah dan keluar
darinya unta, dan keluar di belakangnya anaknya yang kecil. la lahir melalui
cara yang tidak umum dalam proses kelahiran. Diriwayatkan juga bahawa ia
merupakan mukjizat kerana ia minum air yang terdapat di sumur-sumur pada suatu
hari lalu binatang- binatang yang lain tidak berani mendekati air itu pada hari
tersebut. Ada riwayat lain mengatakan bahawa ia merupakan mukjizat kerana ia
mengeluarkan susu yang mencukupi untuk dipakai minum oleh seluruh manusia di
hari di mana ia minum seluruh air sehingga tidak ada sedikit pun yang tersisa
darinya. Unta ini merupakan mukjizat di mana Allah SWT menyifatinya dengan
sebutan: "naqatullah" (unta Allah). Itu bererti bahawa unta tersebut
bukan unta biasa, namun ia merupakan mukjizat dari Allah SWT. Allah SWT
menurunkan perintah kepada Nabi Saleh agar beliau melarang kaumnya untuk
mengganggunya atau membunuhnya. Beliau memerintahkan mereka untuk
membiarkannya, makan di bumi Allah SWT dan tidak menyakitinya. Beliau
mengingatkan mereka bahawa ketika mereka mencuba untuk mengganggunya, maka
mereka akan mendapatkan seksaan dalam waktu dekat.
Mula-mula kaum
Tsamud sangat terhairan-hairan ketika melihat unta lahir dari batu-batuan
gunung. Ia adalah unta yang diberkati di mana susunya cukup untuk ribuan
laki-laki, wanita, dan anak-anak kecil. Jika unta itu tidur di suatu tempat,
maka binatang-binatang lain akan menyingkir darinya. Jelas sekali ia bukan unta
biasa, namun ia merupakan tanda-tanda kebesaran dari Allah SWT. Unta itu hidup
di tengah-tengah kaum Nabi Saleh. Berimanlah orang-orang yang beriman di antara
mereka dan sebahagian besar mereka tetap berada dalam penentangan dan
kekafiran. Kebencian terhadap Nabi Saleh berubah menjadi kebencian kepada unta
yang diberkati itu. Mulailah mereka membikin persekongkolan untuk melawan unta
itu. Orang-orang kafir sangat membenci mukjizat yang agung ini dan mereka
membuat rencana jahat untuk melenyapkannya. Sebagaimana biasanya, para
tokoh-tokoh kaumnya berkumpul untuk membuat, makar. Allah SWT berfirman:
"Dan
(Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka, Saleh. Ia berkata:
'Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya.
Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhanmu. Unta betina
Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia, makan di bumi Allah, dan
janganlah kamu mengganggunya, dengan gangguan apa pun, (yang kerananya) kamu
akan ditimpa seksaan yang pedih. Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan
kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum 'Ad dan memberikan tempat
bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan
kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah;, maka ingatlah nikmat-
nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat
kerosakan. Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri di antara kaumnya berkata
kepada orang-orang yang dianggap lemah yang telah beriman di antara mereka:
'Tahukah kamu bahawa Saleh diutus (menjadi rasul) oleh Tuhannya ?' Mereka
menjawab: 'Sesungguhnya kami beriman kepada wahyu yang Saleh diutus untuk
menyampaikannya.' Orang-orang yang menyombongkan diri berkata: 'Sesungguhnya
kami adalah orang yang tidak percaya kepada apa yang kamu imani itu." (QS.
al-AVaf: 73-76)
Nabi Saleh
menyeru kaumnya dengan penuh kasih sayang dan cinta. Beliau mengajak mereka
untuk hanya menyembah Allah SWT dan mengingatkan mereka bahawa Allah SWT telah
mengeluarkan mukjizat bagi mereka, yaitu unta. Mukjizat itu sebagai bukti akan
kebenaran dakwahnya. Beliau memohon kepada mereka agar mereka membiarkan unta
itu memakan dari hasil bumi, dan setiap bumi adalah bumi Allah SWT. Beliau juga
mengingatkan mereka agar jangan sampai mengganggunya kerana yang demikian itu
dikhuatirkan akan mendatangkan azab bagi mereka. Bahkan beliau mengingatkan
mereka dengan nikmat-nikmat Allah SWT yang turun kepada mereka: "Bagaimana
Dia menjadikan mereka penguasa-penguasa yang datang setelah kaum 'Ad, bagaimana
Dia memberi mereka istana dan gunung-gunung yang terukir serta berbagai
kenikmatan dan kekuatan."
Demikianlah yang
dilakukan oleh Nabi Saleh namun kaumnya justru menjawabnya dengan jawapan yang
aneh. Mereka tidak menghiraukan nasihat Nabi mereka. Mereka menemui orang-orang
yang beriman kepada Nabi Saleh. Mereka bertanya dengan pertanyaan yang tujuan
untuk merendahkan dan mengejek: "Apakah kalian mengetahui bahawa Saleh
seseorang yang diutus dari Tuhannya?" Pertanyaan ini tidak pantas
dikemukakan setelah mereka melihat mukjizat unta. Alhasil, mereka merendahkan
pengikut Nabi Saleh dan mengejeknya.
Sekelompok kecil
yang beriman kepada Nabi Saleh berkata: "Sesungguhnya kami percaya dengan
apa yang dibawa oleh Nabi Saleh." Perhatikanlah jawapan orang-orang
mukmin. Jawapan tersebut sangat bertentangan dengan jawapan para pembesar dari
kaum Nabi Saleh. Para pembesar itu justru meragukan kenabian Saleh sedangkan
orang-orang mukmin itu menegaskan kepercayaan mereka terhadap kebenaran yang
dibawa oleh Nabi Saleh.
Kebenaran yang
dibawa oleh Nabi Saleh tidak berhubungan dengan unta itu, namun berhubungan
dengan dakwahnya dan ajarannya. Mereka mengatakan: "Kami mengimani apa
yang dibawa oleh Nabi Saleh," dan mereka tidak mengatakan: "Kami
beriman kepada untanya." Mereka tidak mengatakan bahawa unta itu yang
menetapkan kenabian Saleh. Orang- orang mukmin lebih memperhatikan kebenaran
ajaran yang dibawa oleh Nabi Saleh, bukan memperhatikan mukjizat yang luar
biasa itu. Melalui dialog tersebut kita dapat melihat sikap orang-orang kafir
di mana mereka justru merasa mulia dengan penentangan terhadap kebenaran:
"Orang-orang yang menyombongkan
diri berkata:
'Sesungguhnya kami adalah orang yang tidak percaya kepada apa yang kamu imani
itu. "
Demikianlah
penghinaan mereka, kesombongan mereka, dan kemarahan mereka. Rasa-rasanya
sia-sia untuk mencari dalil yang dapat memuaskan orang-orang kafir saat
berdialog dengan mereka. Mereka selalu menolak kebenaran, padahal mereka
orang-orang yang merdeka dalam memilih kebenaran itu.
Malam mulai
menyelimuti kota Tsamud. Gunung-gunung yang kukuh menjulang dan melindungi
rumah-rumah yang terukir di dalamnya. Dinyalakanlah lampu-lampu dalam istana
yang terukir di gunung itu. Gelas-gelas minuman diputarkan di antara mereka.
Tidak ada seorang pun dari tokoh-tokoh kaum yang tidak hadir dipertemuan
penting itu. Di mulailah pertemuan dan terjadilah dialog. Salah seorang kaflr
berkata:
"Bagaimana
kita akan mengikuti saja seorang manusia (biasa) di antara kita? Sesungguhnya
kalau kita begitu benar-benar dalam keadaan sesat dan gila. " (QS. al-Qamar:
24)
Sementara yang
lain menjawab:
"Apakah
wahyu itu diturunkan kepadanya di antara kita? Sebenarnya dia adalah seorang
yang amat pendusta lagi sombong. " (OS. al- Oamar: 25)
Gelas-gelas
minuman kembali diputar di antara mereka, dan pembicaraan beralih dari Saleh ke
unta Allah SWT. Salah seorang kafir berkata: "Jika datang musim panas,
maka unta itu mendatangi lembah yang dingin sehingga binatang-binatang ternak
yang lain lari darinya dan kepanasan." Seorang kafir lagi berkata: "Jika
datang musim dingin unta itu mencari tempat penghangat, lalu ia istirahat di
situ sehingga binatang-binatang ternak kita lari darinya dan menuju tempat yang
dingin sehingga terancam kematian."
Gelas-gelas
minuman kembali diputar dan bergoyang di tangan orang- orang yang meminum.
Salah seorang yang duduk memerintahkan agar perempuan yang menyanyi berhenti
dari nyanyiannya kerana ia sedang berfikir. Kemudian kesunyian menghantui
segala penjuru. Orang itu mulai berfikir sambil meminum dua gelas minuman
keras, dan dengan suara pelan ia berkata: "Hanya ada satu cara."
Orang-orang yang duduk di sekitarnya bertanya: "Bagaimana jalan
keluarnya?" Tokoh mereka berkata: "Kita harus melenyapkan Saleh dari
jalan kita. Yang saya maksud adalah untanya. Kita harus membunuh untanya dan
setelah itu kita akan membunuh Saleh." Demikianlah cara yang dilakukan
orang- orang yang kafir sepanjang sejarah. Demikianlah senjata yang digunakan
oleh mereka dalam menghadapi kebenaran. Mereka tidak menggunakan akal sehat
atau adu argumentasi, tapi mereka justru menggunakan kekuatan fizik. Bagi
mereka, ini adalah cara yang paling aman. Pembunuhan akan menyelesaikan
masalah. Namun salah seorang di antara mereka berkata: "Bukankah Saleh
mengingatkan kita akan azab yang keras jika kita sampai menyakiti unta
itu." Namun, orang-orang yang duduk di majlis itu segera memadamkan suara
orang itu dengan dua gelas arak.
Kemudian
percakapan dimulai tentang Saleh: "Berapa kali kita putus asa dan dibuat
kecewa olehnya. Sebaik-baik jalan adalah membunuhnya. Mula-mula kita membunuh
untanya setelah itu kita akan menghabisi Saleh." "Namun siapa
gerangan yang berani membunuhnya?" Pertanyaan itu menciptakan keheningan
di antara mereka. Setelah beberapa saat, salah seorang mereka mengangkat suara:
"Saya mengenal seseorang yang dapat membunuhnya." Lalu nama demi nama
berputar di antara mereka sehingga mereka menyebut seorang penjahat yang selalu
membikin kerosakan di muka bumi dan ia suka mabuk-mabukan. Ia mempunyai
kelompok penjahat di kota.
"Dan di
kota itu ada sembilan orang laki-laki yang membuat kerosakan di muka bumi, dan
mereka tidak berbuat kebaikan." (QS. an-Naml: 48)
Mereka adalah
alat-alat kejahatan. Mereka adalah penjahat-penjahat kota yang terkenal. Mereka
sepakat untuk melaksanakan kejahatan. Kegelapan semakin menyelimuti gunung.
Kemudian datanglah malam tragedi. Unta yang diberkati itu sedang tidur dan
mendekap anaknya yang kecil di dadanya. Anaknya yang kecil itu merasakan
kedinginan dan mendapatkan kehangatan di sisi ibunya. Sembilan orang penjahat
tersebut telah menyiapkan senjata mereka, pedang mereka dan tombak mereka.
Mereka keluar di kegelapan malam, dan pemimpin mereka banyak minum khamer
sehingga ia hampir tidak melihat apa yang di depannya.
"Maka
mereka memanggil kawannya, lalu kawannya menangkap (unta itu) dan
membunuhnya." (QS. al-Qamar: 29)
Sembilan
laki-laki itu menyerang unta itu, lalu ia bangkit dan bangunlah anaknya dalam
keadaan takut. Akhirnya, darah unta itu terkubur dan anaknya pun terbunuh. Nabi
Saleh mengetahui apa yang terjadi, lalu beliau keluar dalam keadaan marah untuk
menemui kaumnya. Beliau berkata kepada mereka: "Bukankah aku telah
mengingatkan agar kalian jangan mengganggu unta itu." Mereka menjawab:
"Kami memang telah membunuhnya, maka datangkanlah seksaan kepada kami jika
engkau mampu. Bukankah engkau berkata bahawa engkau termasuk utusan
Tuhan." Nabi Saleh berkata kepada kaumnya:
"Bersukarialah
kamu sekalian di rumahmu selama tiga hari. Itu adalah janji yang tidak dapat
didustakan." (QS. Hud: 65)
Setelah itu, Nabi
Saleh meninggalkan kaumnya. Kemudian datanglah janji Allah SWT untuk
menghancurkan mereka setelah tiga hari. Berlalulah tiga hari seksaan atas
orang-orang kafir dan mereka menunggu-nunggu azab yang datang. Maka pada hari
keempat langit terpecah melalui teriakan yang keras di mana teriakan itu
menghancurkan gunung dan membinasakan apa saja yang ada di dalamnya. Kemudian
bumi bergoncang dan menghancurkan apa saja yang di atasnya. Itu adalah satu
teriakan saja yang membuat kaum Nabi Saleh hancur berantakan. Allah SWT
berfirman:
"Sesungguhnya
Kami akan mengirimkan unta betina sebagai cubaan bagi mereka, maka tunggulah
(tindahan) mereka dan bersabarlah. Dan beritakanlah kepada mereka bahawa
sesungguhnya air itu terbagi antara mereka (dengan unta betina itu); tiap-tiap
giliran minum dihadiri (oleh yang punya giliran). Maka, mereka memanggil
kawannya, lalu kawannya menangkap (unta itu) dan membunuhnya. Alangkah
dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. Sesungguhnya Kami menimpakan atas
mereka satu suara yang keras mengguntur, maka jadilah mereka seperti
rumput-rumput kering (yang dikumpulkan oleh) yang punya kandang binatang.
" (QS. al- Qamar: 27-31)
Mereka hancur
semua sebelum mengetahui apa yang terjadi. Sedangkan orang-orang yang beriman
bersama Nabi Saleh, mereka telah meninggalkan tempat tersebut sehingga mereka
selamat.
Kisah Nabi
Saleh Dalam Al-Quran
Kisah Nabi Salleh
diceritakan oleh 72 ayat dalam 11 surah di antaranya surah Al-A'raaf, ayat 73
hingga 79 , surah " Hud " ayat 61 sehingga ayat 68 dan surah "
Al-Qamar " ayat 23 sehingga ayat 32.
Pengajaran
Dari Kisah Nabi Salleh a.s.
Pengajaran yang
menonjol yang dapat dipetik dari kisah Nabi Saleh ini ialah bahawa dosa dan
perbuatan mungkar yang dilakukan oleh sekelompok kecil warga masyarakat dapat
berakibat negatif yang membinasakan masyarakat itu seluruhnya.
Lihatlah betapa
kaum Tsamud menjadi binasa, hancur dan bahkan tersapu bersih dari atas bumi
kerana dosa dan pelanggaran perintah Allah yang dilakukan oleh beberapa
gelintir orang pembunuh unta Nabi Saleh A.S.
Di sinilah
letaknya hikmah perintah Allah agar kita melakukan amar makruf nahi mungkar.
kerana dengan melakukan tugas amar makruf nahi mungkar yang menjadi fardu
kifayah itu, setidak-tidaknya kalau tidak berhasil mencegah kemungkaran yang
terjadi di dalam masyarakat dan lindungan kita ,kita telah membebaskan diri
dari dosa menyetujui atau merestui perbuatan mungkar itu
Bersikap pasif
acuh tak acuh terhadap maksiat dan kemungkaran yang berlaku di depan mata dapat
diertikan sebagai persetujuan dan penyekutuan terhadap perbuatan mungkar itu.
Alhamdulillah, satu perkongsian yang amat baik buat kita yg terkadang lupa nak baca balik kisah Nabi.. :)
ReplyDeletebetul tu iha..:-)
Delete